Kisah Umar Mencarikan Suami Untuk Putrinya

📚 Kisah Umar Bin Khatthab Mencarikan Suami Untuk Putrinya

📝 Oleh: Ustadz Fauzan al-Mubarok

Tatkala sahabat Khunais bin Hadzafah, suami Hafshah binti Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu wafat, Umar sangat sedih atas anaknya yang menjanda dalam usia tidak lebih dari delapan belas tahun. Setalah pertimbangan panjang , dia pun memutuskan untuk mencarikan suami yang bisa melindungi dan menjaga putrinya tersebut.

Pilihan Umar jatuh pada Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu, karena umar mengenal Abu Bakar Ash-Shiddiq sebagai orang yang tenang dan penuh perhitungan, sehingga membuatnya layak untuk Hafshah yang mewarisi darah ayahnya (kecemburuannya yang besar dan tabiat yang keras).

Umar kemudian menemui Abu Bakar untuk menyampaikan keadaan putrinya yang menjanda dalam usia muda, kemudian secara terbuka Umar menawarkan putrinya kepada Abu Bakar untuk dinikahinya. Akan tetapi Abu Bakar diam dan tidak menjawab sepatah kata pun.

Umar bingung menghadapi sikap Abu Bakar, dia pun pergi menemui Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu yang baru saja di tinggal wafat oleh istrinya, Ruqayah binti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam karena sakit setelah perang Badar. Umar berbicara kepada Utsman dan menawarkan agar dia menikahi putrinya, Hafshah.

Namun Utsman meminta waktu kepada Umar. Tak berselang lama, Utsman kemudian menjawab, “Aku belum ingin menikah hari ini”.

Sikap Abu Bakar dan Utsman radhiyallahu ‘anhuma menyesakkan dada Umar, karena keduanya adalah sahabatnya yang tidak buta atas sosok Umar.

Maka Umar memutuskan untuk pergi menemui Rasulullah dan mengadukan apa yang dialaminya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tersenyum dan bersabda: “Hafshah akan dinikahi oleh orang yang lebih baik dari Utsman, dan Utsman akan menikah dengan orang yang lebih baik dari Hafshah”.

Tak lama, Rasulullah kemudian melamar Hafshah, dan Umar pun sangat bahagia. Abu Bakar datang memberi ucapan selamat kepada Umar seraya berkata, “Jangan marah padaku, karena Rasulullah telah menyebut Hafshah dan tidak pantas bagiku membuka rahasia beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Seanadainya beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menikahinya, maka aku yang akan menikahinya”.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahi Hafshah. Hafshah selalu berdiri di samping ‘Aisyah binti Abu Bakar Ash-Shiddiq. Hafshah selalu ingat ucapan bapaknya yaitu Umar bin Khaththab:

Kamu tidak ada apa-apanya dengan ‘Aisyah, bapakmu tidak ada apa-apanya dengan bapaknya. Kadang-kadang Hafshah menentang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, hingga beliau marah kepadanya. Tatkala Umar mengetahui hal itu, Umar memarahi Hafshah sambil berkata: “Ketahuilah putriku, aku memperingatkanmu dari adzab Allah dan kemarahan Rasulullah. Putriku, jangan tertipu oleh wanita itu yang membanggakan kecantikannya dan kecintaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepadanya. Demi Allah, aku mengetahui bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mencintaimu. Kalau bukan karena bapakmu ini, niscaya kamu diceraikannya. Itulah ucapan Umar bin Khaththab kepada putrinya”.

Suatu hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berduaan dengan istrinya, Mariah dirumah Hafshah. Hafshah pun cemburu dan berkata: Aku telah mengetahui siapa yang bersamamu. Demi Allah engkau telah meremehkanku, engkau tidak melakukanya kecuali karena diriku tidak ada harganya bagimu. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membujuk Hafshah dan memberitahukan kepadanya secara rahasia bahwa dia (Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam) mengharamkan Mariah dan memintanya agar merahasiakannya. Akan tetapi Hafshah tidak bisa diam, dia menyampaikan kepada ‘Aisyah. Maka Allah Subhaanahu Wa Ta’ala menurunkan firman-Nya tentang pengharaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Mariah dan pembeberan Hafshah tentang rahasia Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada ‘Aisyah serta keduanya yang bersekutu,

(يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَيَعْلَمُ مَا تُسِرُّونَ وَمَا تُعْلِنُونَ ۚ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ)

“Dia mengetahui apa yang ada di langit dan dibumi, dan mengetahui apa yang kamu
rahasiakan dan apa yang kamu nyatakan. Dan Allah maha mengetahui segala isi hati”. (QS. At-Taghabun 64 : 4)

Karena sikap Hafshah seperti itu, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menceraikan Hafshah dengan talak satu kemudian merujuknya karena kasihan kepada Umar yang menaruh tanah di atas kepalanya sambil berkata: “Setelah ini, Allah tidak lagi menggubris Umar dan putrinya. Maka Malaikat Jibril ‘alaihissalaam turun kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata: Allah memerintahkanmu agar merujuk Hafshah karena kasihan kepada Umar”.

Dalam riwayat yang lain, Jibril berkata: “Rujuklah Hafshah karena dia adalah wanita ahli berpuasa dan beribadah, dia istrimu di surga”.

Manakala Umar melihat putrinya menangis karena menyesal, Umar berkata kepada putrinya: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mentalakmu satu dan merujukmu demi diriku. Jika beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mentalakmu sekali lagi, maka aku tidak akan berbicara kepadamu”. Wallahu a’lam…

[Diambil dari buku موسوعة قصص السلف ، أحمد سالم بادويلان]

Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. SABILUNA - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger